Kerindangan Melati Belanda


PEKARANGAN rumah saya kecil, sekitar 2,5 x 3 meter. Rumahnya pun mungil, seukuran RS 54/90, cukup untuk keluarga kecil dua anak. Pekarangan tidak saya plester, tetap saya fungsikan sebagai lahan tanah untuk menanam berbagai tanaman kesenangan sekaligus resapan air. Ada srikaya, sirsat, sirih hijau, sirih merah, lidahbuaya, soka, kangkung, murbei, adenium, bugenvil, melati belanda, bahkan kelor. Sebagian ditanam di pot mengingat lahan tanahnya yang terbatas.

Pohon srikaya dan kelor saya tanam di lahan tanah paling depan biar sekalian jadi peneduh. Melati belanda (Quisqualis indica L.) yang daunnya cukup rimbun saya biarkan menjalar di kerangka kayu atap pelindung carport. Bunganya cukup banyak, kebetulan berwarna merah dan putih dalam satu rumpun. Harus rutin memangkas tunas-tunas tangkainya yang menjuntai panjang kayak tentakel gurita agar tidak kelayapan ke mana-mana.

Kendati namanya melati belanda, tanaman ini tidak berasal dari Belanda. Menurut sejumlah catatan, tanaman perdu ini berasal dari Myanmar yang sekarang lagi gaduh karena dikudeta militernya. Orang asing sering menyebutnya rangoon creeper. Rangoon adalah nama lain untuk Yangon, kota terbesar di Myanmar, negaranya Aung San Suu Kyi. Lalu, kenapa kok bisa disebut melati belanda? Mungkin, dulu penjajah Belanda membawanya dari Burma ke Indonesia. 

Saya pikir, melati belanda cuma tanaman hias biasa. Ternyata, dia juga memiliki beberapa manfaat sebagai obat herbal. Bijinya mengandung antihelmintic yang mampu mengobati penyakit cacingan dan diare. Ya, melati belanda memiliki buah mirip belimbing tapi kecil dan berbiji. Selain itu, daunnya bisa untuk peredam rasa nyeri dan dipercaya sebagai obat rematik dan penurun tensi darah. Ada yang bilang, jangan makan biji melati belanda dengan teh karena bisa cegukan. 

Saya menanam melati belanda sejak 2017, diberi teman kantor yang rajin menyemai di rumahnya. Pertumbuhannya sangat cepat bila cukup mendapat air dan sinar matahari. Tangkai-tangkainya menjalar seperti tanaman anggur dan jangkauannya bisa mencapai semeter lebih dalam sebulan. Bila diatur dengan baik, tanaman rindang ini bisa menjadi peneduh sekaligus penghias pergola atau pagar rumah seperti tanaman tetehan. Apalagi aromanya semerbak wangi, terutama pada malam dan pagi hari. (*)

Comments

Popular Posts